Proses produksi energi di dalam tubuh dapat berjalan melalui dua proses metabolisme yaitu metabolisme aerobik dan anaerobik. Metabolisme energi pembakaran lemak dan karbohidrat dengan kehadiran oksigen yang akan diperoleh melalui proses pernafasan disebut dengan metabolisme aerobik. Sedangkan proses metabolisme energi tanpa kehadiran oksigen disebut dengan metabolisme anaerobik. Metabolisme energi secara aerobik dapat menyediakan energi bagi tubuh untuk jangka waktu yang panjang sedangkan metabolisme energi anaerobik mampu untuk menyediakan energi secara cepat di dalam tubuh namun hanya untuk waktu yang terbatas yaitu sekitar 5-10 detik.
Pada olahraga intensitas rendah, tubuh secara dominan akan menggunakan metabolisme aerobik untuk menghasilkan energi. Dan apabila terjadi peningkatan intensitas olahraga hingga mencapai titik dimana metabolisme energi aerobik tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan energi sesuai dengan laju yang dibutuhkan, maka energi secara anaerobik akan diperoleh dari simpanan creatine phospate (PC) dan juga karbohidrat yang tersimpan sebagai glikogen di dalam otot.
Metabolisme energi secara aerobik disebutkan merupakan proses yang bersih karena tidak menghasilkan produk sampingan berupa asam laktat. Hal ini berbeda dengan sistem anaerobik yang akan menghasilkan produk samping berupa asam laktat yang akumulasinya akan membatasi efektivitas kontraksi otot yang juga dapat menimbulkan rasa nyeri.
Olahraga seperti jalan kaki, jogging, lari jarak menengah sampai jauh dan bersepeda merupakan olahraga yang cenderung dilakukan dengan intensitas rendah sampai sedang pada waktu yang panjang secara dominan akan menggunakan metabolisme aerobik untuk menghasilkan energi. Dan olahraga seperti sprint, angkat berat atau jenis olahraga lain yang membutuhkan energi besar secara cepat merupakan olahraga yang dominan menggunakan metabolisme energi anaerobik. Sedangkan untuk olahraga beregu seperti sepak bola, bola basket, hoki yang biasanya merupakan kombinasi antara komponen intensitas rendah sampai tinggi yang juga diselingi dengan periode istirahat akan menggunakan kombinasi metabolisme aerobik dan anaerobik untuk menghasilkan energi, begitu pula dengan olahraga individual seperti tenis, bulutangkais atau juga squash.
Pembentukan Energi Aerobik (Glikolisis Aerobik)
Reaksi keseluruhan glikolisis aerobik adalah:
Glukosa + 2 NAD + 2 Pi +2 ADP -> 2 piruvat + 2 NADH + 4H+ + 2 ATP - 2 H2O
Bila sel mempunyai kapasitas oksidasi yang tinggi, dalam hal ini tersedia sejumlah mitokondria, enzim-enzim mitokondria dan oksigen. NADH akan ditransfer ke rantai transport electron mitokondria dan piruvat akan dioksidasi lengkap menjadi CO2 via siklus asam trikarboksilat (TCA).
Membran mitokondria impermiabel untuk NADH, karena itu transfer ekivalen tereduksi dari sitosol ke dalam mitokondria memerlukan mekanisme shuttle (bulak balik), baik proses bulak balik malataspartat maupun bulak balik gliserol 3 fosfat. Dalam oksidasi aerobik glukosa menjadi piruvat dan subsekuen oksidasi menjadi CO2, permolekul glukosa menghasilkan fosfat energi tinggi sebesar 38 ATP.
Pembentukan Energi Anaerobik (Glikolisis Anaerobik)
Pada kondisi kapasitas oksidatif oleh sel mitokondria terbatas atau karena tidak menggunakan oksigen, NADH yang dihasilkan glikolisis direoksidasi melalui perubahan piruvat menjadi laktat tersebut disebut glikolisis anaerob, yang maksudnya proses ini tidak memerlukan molekul oksigen, reaksi keseluruhan :
Glukosa + 2 ADP + 2 Pi -> 2 laktat + 2 ATP + 4H+ + 2 H2O
Energi yang dihasilkan dari glikolisis anaerobik hanya 2 molekul ATP permolekul glukosa, jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan kondisi aerobik.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Metabolisme Aerobik dan Anaerobik"
Posting Komentar