Efek Kekurangan atau Kelebihan Konsumsi Serat. Angka kecukupan serat pada wanita dewasa adalah 25g/hari dan 38 g/hari untuk pria dewasa. Asupan rendah disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang manfaat biji-bijian, serta kurangnya kemampuan untuk mengenali produk-produk gandum di tempat perbelanjaan.
Kebanyakan dari kita harus
meningkatkan asupan serat. Setidaknya mengkonsumsi gandum setiap harinya dan memakan sereal berserat tinggi (≥3 g serat setiap hidangan) untuk sarapan, merupakan cara yang mudah untuk meningkatkan asupan serat.
Serat yang berlebihan juga dapat mengganggu penyerapan
kalsium dan seng, terutama pada anak anak dan orang tua. Asupan serat yang sangat tinggi (misalnya,60g/hari) dapat menimbulkan beberapa risiko kesehatan dan membutuhkan pengawasan dokter jika digunakan.
Asupan serat tinggi terutama sekali memerlukan asupan cairan yang banyak. Bila tidak cukup tinggi mengkonsumsi cairan, dapat meninggalkan kotoran yang sangat keras dan membuatnya sulit serta menyakitkan untuk dikeluarkan. Beberapa penyakit yang kebanyakan muncul dipengaruhi oleh peningkatan kadar serat konsumsi keseharian, dinamakan konstipasi, diare, diverticulitis dan kanker kolorektal.
Selulosa diet yang cukup telah lama diakui sebagai faktor dalam mencegah konstipasi. Baik serat serat yang larut dan tidak larut bertambah untuk meningkatkan kepadatan feses sampai absorpsi air dan penambahan bahan yang tidak tercerna.
Gas yang dihasilkan selama fermentasi serat terlarut memberikan kontribusi untuk menggerakan feses melalui usus besar. Tanpa air yang cukup, selulosa cenderung menghasilkan feses yang kering. Oleh karena itu,kombinasi selulosa dan pectin direkomendasikan sebagai bagian terbesar dalam pembentukan feses dan memperlancar feses karena efek bulk forming laxative.
Diet rendah serat menyebabkan waktu transit yang lama melalui usus, memungkinkan penyerapan air yang berlebihan dan pembentukan kotoran mengeras. Tinja yang keras memerlukan kontraksi otot yang besar untuk mengeluarkannya, hal ini sering kali menyebabkan konstipasi atau keadaan sulit buang air besar. Bila hal itu berlangsung terus-menerus maka otot menjadi lelah dan lemah sehingga muncul penyakit divertikulitis. Penyakit ini dicirikan oleh penonjolan bagian luar usus berbentuk bisul dan disertai peradangan atau infeksi.
Konsumsi serat makanan, khususnya serat tak larut (tak dapat dicerna dan tidak larut dalam air panas) menghasilkan kotoran yang lembek. Dalam hal ini diperlukan kontraksi otot yang rendah untuk mengeluarkan feses dengan lancar. Ketika serat cukup dikonsumsi, kotoran/feses akan menjadi besar dan lunak karena serat-serat tumbuhan dapat menarik air, kemudian akan menstimulasi otot dan pencernaan dan akhirnya tekanan yang digunakan untuk pengeluaran feses menjadi berkurang.
Ketika serat yang dikonsumsi sedikit, kotoran akan menjadi kecil dan keras. Konstipasi akan timbul, dimana dalam proses defekasi terjadi tekanan yang berlebihan dalam usus besar. Tekanan tinggi ini dapat memaksa bagian dari dinding usus besar keluar dari sekitar otot, membentuk kantong kecil yang disebut divertikula.
Hemoroid juga bisa sebagai akibat dari tekanan yang berlebihan saat defekasi. Hampir 50% dari pasien dengan penyakit divertikular atau anorektal, ketika ditanya, menyangkal mengalami konstipasi/sembelit. Namun, hampir semua pasien ini memiliki gejala ketegangan atau kejarangan defekasi.
Hemoroid adalah dilatasi varises pleksus vena submukosa anus dan perianus. Dilatasi ini sering terjadi setelah usia 50 tahun yang berkaitan dengan peningkatan tekanan vena di dalam pleksus hemoroidalis. Faktor resiko hemoroid antara lain faktor mengedan pada buang air besar yang sulit, pola buang air besar yang salah, peningkatan tekanan intraabdomen karena tumor, kehamilan, usia tua, konstipasi kronik, diare kronik atau akut berlebihan, hubungan seks perianal, kurang minum air, kurang makanan berserat, kurang olahraga dan imobilisasi.
Efek utama serat makanan pada fungsi usus telah dikaitkan dengan kapasitas menahan air, yang dapat mengakibatkan peningkatan dalam jumlah besar feses dan menyebabkan efek peregangan pada usus besar, merangsang dorongan untuk defekasi. Bagaimanapun, hal ini terjadi sebagai efek stimulasi yang berasal dari asam lemak volatil rantai pendek yang dihasilkan dari serat oleh aksi bakteri di usus besar.
Konsumsi serat setidaknya 25 gram setiap harinya,yang dapat diperoleh dari sayuran, buah-buahan dan gandum. Gandum efektif dalam proses pembentukan feses dan mencegah konstipasi. Konsumsi gandum ini harus lebih ditingkatkan, yaitu dari 1 sendok teh/hari menjadi 4-6 sendok makan/hari, diiringi dengan masukan air yang juga lebih ditingkatkan .
Penyebab kanker usus besar diduga karena adanya kontak antara sel-sel dalam usus besar dengan senyawa karsinogen dalam konsentrasi tinggi serta dalam waktu yang lebih lama. Beberapa hipotesis dikemukakan mengenai mekanisme serat pangan dalam mencegah kanker usus besar yaitu konsumsi serat pangan tinggi maka akan mengurangi waktu transit makanan dalam usus lebih pendek, serat pangan mempengaruhi mikroflora usus sehingga senyawa karsinogen tidak terbentuk, serat pangan bersifat mengikat air sehingga konsentrasi senyawa karsinogen menjadi lebih rendah.
Di samping memberikan pengaruh yang menguntungkan bagi kesehatan, serat pangan diketahui juga memberikan pengaruh yang merugikan. Pada inisiasi diet tinggi-serat mungkin ada efek samping yang tidak menyenangkan, seperti perut kembung dan borborygmus (usus gemuruh), kram, atau diare.
Gangguan gastrointestinal yang terjadi karena mengkonsumsi serat biasanya mereda dalam 24 sampai 48 jam. Asupan serat sangat besar dapat mengakibatkan obstruksi usus besar, tetapi ini tidak biasa dan paling sering terjadi pada serat suplemen daripada dengan efek makanan.
Adapun pengaruh yang merugikan serat pangan dilaporkan yaitu sebagai penyebab ketidaktersediaan (unavailability) beberapa zat gizi seperti vitamin-vitamin larut dalam lemak (terutama vitamin D dan E), serta mempengaruhi aktivitas enzim-enzim protease. Selain mengurangi absopsi zat gizi kelebihan serat juga menyebabkan flatulen, dan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap penyerapan mineral dan dapat menyebabkan defisiensi mineral sehingga meningkatkan resiko osteoporosis pada orang usia lanjut.
Sumber :
Disini
Gan, kalo menu makanan buat olahragawan ada gak gan, contoh misal menu khusus sepakbola dan futsal. Karna lge buth nich buat tambahan artikel di zonapelatih
BalasHapuscoba dilihat disini gan Dunia Olahraga barangkali ada
Hapus