Efek Serat Makanan pada Absorpsi Nutrisi. Sampai akhir tahun 1970-an diyakini bahwa mencerna serat tertentuk dapat memperbaiki toleransi glukosa dan menurunkan konsentrasi insulin plasma pada orang normal dan pada penderita penyakit diabetes. Guargum adalah serat yang sering duji kemampuannya mengatur glisemik dan respon insulin terhadap kadar glukosa.
Dalam banyak studi,
guar gum telah terbukti menurunkan post prandial glukosa dan respon insulin pada manusia dan hewan percobaan. Walaupun beberapa studi tidak konsisten, namun kebanyakan studi menunjukan bahwa guar gum mengurangi glisemik dan atau respon insulin terhadap manusia atau hewan pada keadaan fisiologi normal.
Studi menggunakan konsentrat kaya glukan dari oat atau produk barley secara konsisten menunjukkan perbaikan dalam respon glisemik, demikian pula pada psyllium juga terjadi penurunan respon glisemik namun pada pektin hasilnya tidak konsisten.
Guar gum dan sumber serat kaya
glukan hampir semua studi konsisten memperbaiki toleransi glukosa dan atau toleransi insulin pada manusia normal dan hewan percobaan. Hal tersebut bukan berarti serat yang lain tidak memiliki khasiat yang sama karena jenis serat yang lain masih sedikit diteliti.
Perbaikan dari glisemik yang ditemukan pada konsumsi serat tertentu kelihatannya disebabkan penurunan kecepatan absorbsi glukosa.
Guar gum dan pektin terbukti menurunkan absorpsi glukosa sehingga serat larut karena viskositasnya yang tinggi, disimpulkan dapat memperlambat hidrolisis pati dan penyerapan glukosa pada usus halus.
Di dalam saluran pencernaan serat larut akan mengikat asam empedu (produk akhir kolesterol) dan kemudian dikeluarkan bersama tinja. Dengan demikian, semakin tinggi konsumsi serat larut akan semakin banyak asam empedu dan lemak yang dikeluarkan oleh tubuh. Konsumsi serat makanan berhubungan dengan penurunan absorpsi kolesterol, fermentasi dan peningkatan pelepasan asam empedu.
Pektin murni, hidroksimetil selulosa dan guar gum serta glukan menurunkan absorpsi kolesterol sebaliknya psyllium tidak menurunkan absorpsi kolesterol. Oleh karena itu disimpulkan bahwa serat yang viscous efektif menurunkan absorpsi kolesterol walaupun mekanismenya belum sepenuhnya dipahami.
Serat makanan yang viscous juga menurunkan absorpsi triasilgliserol. Serat larut air menjerat lemak di dalam usus halus, dengan begitu serat dapat menurunkan tingkat kolesterol dalam darah sampai 5% atau lebih sehingga diduga akan mengurangi dan mencegah resiko penyakit kardiovalkuler.
Serat makanan umumnya menurunkan daya cerna protein. Enzim protease yang berperan dalam pencernaan protein bisa terganggu karena kehadiran serat. Penurunan aktivitas enzim tersebut diduga disebabkan oleh pengikatan atau interaksi dengan serat makanan. Konsumsi serat menyebabkan geseran pada pola ekskresi Nitrogen.
Serat yang mudah difermentasi akan meningkatkan pengeluaran nitrogen fekal karena peningkatan nitrogen hasil metabolisme mikrobial namun terjadi penurunan ekskresi nirogen urin sehingga tetap terjadi keseimbangan.
Serat makanan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap penyerapan mineral dan vitamin. Banyak jenis serat makanan memberikan pengaruh negatif terhadap kalsium, besi, seng, dan magnesium. Untuk orang yang berusia lanjut , konsumsi serat makanan yang tidak larut air seperti bekatul gandum dalam jumlah banyak, dapat menyebabkan defisiensi mineral sehingga meningkatkan resiko penyakit osteoporosis.
Untuk serat makanan yang larut, dapat terfermentasi dalam usus besar sehingga mineral yang terikat dapat dilepaskan kembali dan diabsorpsi. Vitamin D mungkin terganggu penyerapannya karena kehadiran serat. Dalam hal ini serat berpengaruh terhadap pengikatan asam empedu, yang berperan besar dalam pencernaan dan penyerapan lemak. Kalau lemak terhambat penyerapannya maka vitamin larut lemak (vitamin D) juga akan terhambat penyerapannya.
Sumber :
Disini
Belum ada tanggapan untuk "Efek Serat Makanan pada Absorpsi Nutrisi"
Posting Komentar