Cedera pada jaringan lunak adalah cedera yang menimpa otot (muskulus), sistem saraf (nervorum) dan pembuluh darah. Beberapa cedera pada jaringan lunak ini adalah strain, sprain, rupture, kram, hematoma, over use, kuntosio, komosio, pendarahan dan sinkop.
Strain adalah cedera yang terjadi pada kesatuan otot dan tendon karena penggunaan berlebihan (over use) atau karena peregangan berlebihan (over stress). Strain terdiri dari dua macam yaitu strain menahun (cronic strain) yang terjadi karena penggunaan otot dan tendon yang berlebihan dalam waktu lama dan strain mendadak (acute strain) terjadi karena peregangan otot dan tendon yang berlebihan.
Strain terbagi menjadi tiga tingkat yaitu strain ringan, sedang dan strain berat. Pembagian strain ini terjadi pada bagian terlemah dari kesatuan otot dan tendon, hal ini tergantung pada kondisi nyata yang dapat dilihat misalnya terjadi bengkak pada tendon dan robekan pada sambungan otot dan tendon bahkan otot terlepas dari tempat letaknya pada tulang (insersio).
Sprain
Sprain adalah cedera pada ligamen akibat peregangan yang berlebihan (over stress) yang menyebabkan kerusakan pada ligamen atau kerusakan pada tempat lekatnya pada tulang. Ligamen adalah jaringan ikat sendi yang berfungsi untuk mencegah gerakan yang tidak normal pada sendi dan menjaga gerakan normal yang fungsional (sesuai fungsinya).
Pembagian Sprain
Sprain terbagi menjadi empat tingkatan yaitu: sprain ringan, sedang, berat dan sprain fraktur.
Sprain ringan (Derajat 1)
Sprain ringan ditandai dengan adanya robekan pada beberapa ligamen dengan adanya sisa hematoma di dalam ligamen, tanpa adanya kerugian fungsional. Pada kasus cedera sprain ringan ini tidak terjadi penurunan kekuatan ligamen.
Sprain sedang (Derajat 2)
Sprain sedang ditandai dengan adanya robekan pada sebagian ligamen dengan efek iringan adanya kerugian fungsional persendian. Artinya bila terjadi pada persendian mengakibatkan penurunan fungsi sendi tersebut.
Sprain berat (Derajat 3)
Sprain berat ditandai dengan adanya robekan total pada ligamen atau pada ujung melekatnya otot pada tulang (insertio). Bila terjadi demikian harus segera dilakukan tindakan untuk mendekatkan kedua ujung robekan. Akibat yang dapat terjadi adalah pendarahan internal dalam ligamen, otot, dan persendian mengalami disfungsi atau instabilasi persendian.
Sprain fraktur (Derajat 4)
Sprain fraktur ditandai dengan adanya robekan pada ligamen dan tempat lekatnya pada tulang dengan diikuti oleh kerusakan sebagian tulang. Keadaan ini sering juga disebut: ligamentous-fracture atau avulsion fracture. Akibat lanjutan karena rusaknya ligamen antara lain : cerai sendi seperti dislokasi dan subluksasi. Kedua jenis cerai sendi tersebut sangat dipengaruhi oleh derajat robekan pada ligamennya.
Ruptura
Jenis cedera pada otot ini mempunyai khas tersendiri dan biasanya sangat sulit untuk diterapi. Cedera ini selalu ditandai dengan adanya robekan pada otot baik sebagian otot yang luas pada kesatuan otot akibat dari kurangnya pemanasan, kurang sempurnanya terapi dalam proses penyembuhan, over stress dan kelelahan, kurangnya tingkat kelentukan, dan otot dipacu untuk terus bekerja dalam situasi yang dingin.
Ruptura dibagi menjadi dua bagian yaitu
distraksi ruptura dan
kompressi ruptura.
Distraksi ruptura, terjadi karena over stretching atau over use. Distraksi ruptura sering terjadi pada cabang olahraga yang dominan dengan gerakan-gerakan power eksplosif dengan pengeluaran tenaga yang maksimal dalam waktu singkat seperti dalam sepak bola ketika melakukan tendangan shooting ke gawang, lompat jauh dsb. Cedera ini sering terjadi pada sekelompok otot yang bekerja pada persendian misalnya: ujung otot hamstring yang melekat pada bagian belakang lutut dan otot yang menempel pada persendian panggul.
Kompressi ruptura, terjadi karena trauma (benturan) langsung pada otot dan biasanya dapat dilihat secara langsung pada otot yang cedera, misalnya terjadi haematoma warna otot menjadi merah tua atau kebiruan kemudian disertai dengan pembengkakan.
Kram
Cedera pada jaringan lunak lainnya adalah kram yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah. Dr. C. K. Giam (1993:192) mendefinisikan kram adalah suatu kontraksi otot yang berlangsung lama dan tidak dipengaruhi kemauan. Sedangkan menurut Badriah (2013) kram adalah mekanisme kontraksi otot yang terus menerus dari otot atau sekelompok otot dan menimbulkan sensasi teramat nyeri. Otot yang mengalami kram akan memendek, keras dan nyeri.
Otot yang sering mengalami kram adalah otot paha bagian depan (quadriceps), otot paha bagian belakang (hamstring), otot betis serta beberapa otot lainnya. Menurut Badriah (2013:29) cedera kram ini bisa disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
- Peregangan yang berlebihan pada saat pemanasan.
- Benturan langsung pada otot yang menyebabkan darah masuk ke dalam serat atau serabut otot.
- Penurunan jumlah garam pada cairan tubuh karena keringat keluar berlebihan.
- Perubahan suhu yang mendadak ke arah lebih tinggi atau sebaliknya.
- Pengaturan diet yang kurang tepat pada makanan atlet.
- Badan terlalu lelah, sehingga mengakibatkan bertambahnya jumlah produksi asam laktat, yang secara langsung mengganggu mekanisme kontraksi otot secara normal.
Hematoma
Pengertian hematoma dijelaskan oleh Badriah (2013:31) yaitu kumpulan darah di bawah jaringan lunak yang terjadi karena faktor benturan langsung pada saat berolahraga. Pada saat terjadi benturan baik di otot, tendon dan ligamen, biasanya disertai juga dengan pecahnya pembuluh darah kapiler yang mengakibatkan terjadinya pendarahan internal.
Tanda awal terjadinya hematoma adalah dengan munculnya warna kemerahan pada jaringan yang mengalami cedera, kemudian akan berwarna biru karena adanya proses penguraian bekuan darah terutama Hb yang disebut dengan hemosideria. Dalam kasus cedera hematoma, ada yang disebut muscle brushing yaitu pembengkakan yang jauh dari tempat cedera, disebabkan karena cairan plasma darah mengalir ke tempat yang lebih rendah akibat adanya gravitasi bumi dan berkumpul membentuk bendungan pada pembuluh limfe yang aktif.
Over Use
Jenis cedera dalam jaringan lunak akibat beban berlebihan atau pengulangan yang terus menerus pada sistem muskuloskeletal (otot dan tulang) adalah cedera over use. Cedera ini sering terjadi pada cabang olahraga yang memerlukan daya tahan (endurance) dengan jarak jauh dan waktu tempuh yang lama, atau pada cabang olahraga yang melakukan pengulangan teknik berulang-ulang seperti cabang olahraga bulutangkis, tenis, sepak bola, soft ball, dan olahraga lainnya.
Inflamasi
Inflamasi adalah respon tubuh terhadap adanya cedera pada serabut otot yang disebabkan oleh karena tahanan, pergerakan, pengulangan beban atau beban berlebih dan trauma eksternal. Gejala umum inflamasi adalah sebagai berikut:
- Pembengkakan karena peningkatan akumulasi cairan tubuh.
- Memerah karena peningkatan aliran darah.
- Peningkatan suhu tubuh terutama di bagian yang cedera.
- Kelainan fungsi.
Kuntosio
Kuntosio (memar) adalah cedera yang disebabkan oleh benturan (bodycontact) atau pukulan langsung pada permukaan kulit. Akibat dari benturan atau pukulan tersebut dapat menyebabkan jaringan di bawah kulit akan rusak dan pembuluh darah kecil akan robek atau pecah sehingga darah dan cairan seluler akan keluar atau merembes ke jaringan di sekitarnya.
Salah satu macam cedera kuntosio adalah kuntosio serebri yang terjadi pada bagian kepala kita terutama pada otak. Gejala yang timbul hampir sama dengan komosio serebri tapi lebih hebat karena atlet kehilangan kesadaran dalam jangka waktu yang relatif lama (sampai beberapa hari) disertai dengan kelainan jaringan otak.
Gejala yang muncul pada kuntosio adalah muntah, keringat dingin disertai pusing, hilang kesadaran dan amnesia.
Komosio
Komosio adalah cedera karena faktor benturan terutama pada kepala. Cedera komosio pada kepala biasa juga disebut dengan cedera komosio serebri atau gegar otak. Beberapa cabang olahraga seperti tinju, beladiri, balap sepeda, rugby maupun cabang olahraga yang menggunakan bola besar dan bola kecil.
Ciri atlet yang mengalami komosio serebri adalah kehilangan kesadaran untuk sementara waktu saja tanpa disertai kelainan pada jaringan otak. Gejala umumnya dikenal dengan trias sindrom yaitu mual sampai muntah, pusing/sakit kepala yang berat dan pingsan atau tidak sadarkan diri.
Pendarahan
Pendarahan terjadi karena pecahnya pembuluh darah sebagai akibat dari terjadinya trauma pukulan, tendangan, atau terjatuh. Pendarahan ini ada dua macam, yaitu pendarahan dalam (darah berada di dalam rongga badan) dan pendarahan luar (darah keluar dari kulit).
Sinkop
Pengertian sinkop menurut Badriah (2013:86) adalah pingsan yang disebabkan oleh faktor-faktor yang kompleks, yang ditandai dengan kehilangan kesadaran dengan tiba-tiba disertai dengan menurunnya tonus otot. Gejala umumnya adalah sakit kepala ringan, pusing dan menurunnya tonus otot.
Pertolongan pertama pada sinkop adalah membaringkan pasien di tempat yang teduh, memberikan wangi-wangian yang kuat yang mampu merangsang kesadaran pasien, dan bila dalam waktu beberapa menit pasien tidak sadar, maka segera dibawa ke rumah sakit.
Belum ada tanggapan untuk "Cedera Olahraga pada Jaringan Lunak"
Posting Komentar